pada tanggal 1 desember kemarin, aku datang ke sebuah ruang kecil acara literasi. di acara tersebut 2 perwakilan penulis dan 2 editor turut hadir untuk membahas tentang buku museum teman baik
sesi pertama digunakan untuk mas tedy (sebagai editor) memperkenalkan kak izzati juga mas bageur sebagai penulis, kak maesy pun juga sebagai editor
sesi kedua digunakan untuk membicarakan tentang sedikit pov dari kak bageur, kak izzati, kak maesy tentang proses bagaimana sampai akhirnya tulisan-tulisan itu menjadi buku kumpulan antologi cerita pendek museum teman baik. di sesi kedua ini jadi sesi yang paling aku suka, karena aku sebagai pembaca yang baru sekali baca buku tersebut awalnya ngerasa agak kurang klik di beberapa cerita penulis jadi mulai tertarik buat baca ulang buku itu. mungkin memang karena cerita-cerita itu belum relate buatku, jadi aku masih harus memproses kembali apa maksud pesan dari beberapa penulis.
bahkan dari salah satu tulisan yang aku suka aja membuatku akhirnya cukup terkejut pas tau lebih jauh maksud dari tulisan tersebut. cerita miliknya kak izzati
hahaha awalnya aku denial kalau cerita yang kak izzati buat itu mengandung sarkasme, tapi ternyata hal itu dikonfirmasi langsung oleh kak maesy sebagai editor buku tersebut.
fyi, dari semua tulisan di buku museum teman baik aku sedang merasa relate (?) maybe? wkwk aku gak tau ini sebenernya masuk ke skeptis atau denial. tapi aku juga bingung buat jelasin perasaan yang bentuknya abstrak ini.
btw, kenapa ya perasaan tuh bentuknya gak pernah jelas? rese banget gak sih buat kita yang sebenernya amat sangat butuh kejelasan bentuk dari sebuah perasaan? lol. ngetik apaan sih gue? WKWKWK kelebihan ide malah ngetik ngalor ngidul.
terus juga yang bikin aku rasanya mau baca ulang buku museum teman baik ini karena teman-teman pembaca lain tuh saling menanggapi juga dari cerita yang kak bageur sama kak izzati buat di buku itu. di sanalah akhirnya aku nyoba untuk pakai lensa pembaca lain. ternyata dari 2 cerita aja udah banyak banget pandangan baru buatku, gimana itu kalau semua penulisnya dihadirkan ya? kira-kira kapan kelarnya? hahaha
sampailah pada sesi kami diminta untuk bercerita dengan diberi satu buah kartu pemantik ide. para pembaca yang hadir di sana mendapat kertas dengan pertanyaan yang berbeda-beda itu segera merangkai cerita dengan lihainya dalam waktu yang cukup singkat. 15 menit saja waktunya
sedangkan aku, sejak membaca pertanyaan dari kartu yang aku dapat aja tak kunjung juga muncul ide untuk menulis cerita. sampai akhirnya aku hanya menulis poin 1, 2, 3 hal yang memang menjadi batas toleransiku. ya polos saja tanpa penjelasan apapun, seperti mie ayam tanpa cincangan daging ayam beserta sayuran di atas mienya. aku hanya membutuhkan waktu sekitar 3 menit untuk menulis. lalu aku melempar pandang ke seluruh ruangan di lantai 2 itu. semua orang tertunduk, asik dengan ide masing-masing. aku pikir ya sudahlah toh juga tulisanku gak berniat untuk aku bacakan ini. jadi aku tulis seadanya aja
ketika waktunya habis, mas tedy langsung meminta beberapa dari pembaca untuk tunjuk tangan dan membacakan tulisannya. pembaca pertama yang amat berkesan ceritanya bagiku
namanya anya. dia mendapat pertanyaan yang sama seperti apa yang aku dapatkan. cerita yang dia buat di akhirnya membuat kami semua terkejut sekaligus ikut senang. bahkan ruangan lantai 2 itu sempat agak sedikit riuh dengan sorak gembira dari para pembaca, para narasumber, juga kakak kakak pemilik ruang temu literasi tersebut. cukup plot twist menurut kami semua. di mana anya bercerita bahwa sesuatu yang memutus hubungan pertemanannya malah yang pada akhirnya (kalau menurutku) membawa anya dan suaminya menjadi teman seumur hidup. congrats, buat kak anya!
ada juga yang bercerita bahwa hal yang memutus pertemanannya adalah kematian, dan cerita-cerita lainnya
dari 4 cerita teman-teman pembaca yang aku simak, mungkin setelah ini teman-teman yang baca tulisan aku ini bisa aja sepakat bisa juga enggak kalau hubungan pertemanan memang sekompleks itu. aku pribadi setuju. bukan hanya hubungan dengan pertemanan aja sebenarnya kalau aku tela'ah ya. tapi memang hubungan manusia dengan manusia lain memang cukup rumit gak sih? kita semua sama-sama punya ego. ada yang berhasil meredam ego itu, atau ada memang orang-orang yang sudah terlalu sering memaklumi dan sudah sampai pada limitnya untuk terus menerus mengerti juga memahami tanpa pernah dia terima juga hal itu dari orang lain (LAH INI KEKNYA CERITA GUA DAH? wkwkwk)
bener katanya kak bageur kalau pertemanan itu sebenarnya tentang siapa yang berusaha untuk bertahan dan mencoba kembali untuk "saling". pertemanan itu gak akan pernah berakhir kalau kita sama-sama mau ngobrol. dan akhir-akhir ini aku sendiri sedang merasa sudah malas untuk mempertahankan beberapa pertemanan. aku lelah, tapi gak bisa dipungkiri aku juga yakin temanku sama lelahnya menghadapi aku. tapi bisa jadi juga ruang yang lowong ini memang sebuah bentuk jeda bagi kami untuk sama-sama evaluasi diri. di sini aku pun begitu, aku sedang evaluasi diri tapi juga bukan berarti invalidasi perasaan kecewa, marah yang aku rasain. aku juga berharap kita akan kembali baik-baik saja, walau gak bisa sedekat dulu
kesimpulan dari pertanyaan itu sampai sekarang sejujurnya aku belum nemu selain toxic ya. tapi toxic kalau masih bisa diperbaiki yaa, why not? malah sekarang aku jadi kepikiran sama kata-kata di tulisan kak izzati yang terus menerus kembali berputar di kepala ku. jadi pembaca buku niatnya mau ilangin beban, ternyata malah nambah beban pikiran HAHA bercandaa!
sekian cerita keseruan yang mau aku bagikan. terima kasih teman-teman yang udah ngeluangin waktunya buat baca!<3
Comments
Post a Comment